Ferguson: Ronaldo Sejajar dengan Pele dan Maradona
Pelatih Manchester United, Alex Ferguson merangkul Cristiano Ronaldo di final Liga Champions, Mei 2008. Ia begitu bangga dengan prestasi winger asal Portugal tersebut.
Minggu, 21/12/2008 12:54 WIB
YOKOHAMA, MINGGU - Pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson kembali memberikan pujian kepada Cristiano Ronaldo. Menurutnya, Ronaldo memiliki semua syarat untuk menjadi pemain legenda seperti Pele dan Diego Maradona. “Cristiano luar biasa. Dia punya kesempatan menjadi legenda, memiliki gocekan dua kaki dan Anda tak pernah melihat winger asal Portugal bermain indah di udara," kata Ferguson tentang Pemain Terbaik Eropa tersebut. "Dia seperti penyerang tengah masa silam." Apa yang diucapkan Ferguson itu tak lepas dari penampilan indah CR7 musim lalu. Gerakannya, baik dengan maupun tanpa bola, seringkali mengecoh lawan. Gol-golnya pun telah mengantar MU meraih dua gelar tahun ini. Penampilan itu tak hanya membuatnya menjadi pemain terbaik di Eropa, tapi juga sebagai calon kuat Pemain Terbaik Dunia 2008. Pekan ini, gelar juara dunia mungkin berada di tangannya jika MU berhasil mengalahkan Liga de Quito pada final Piala Dunia Antarklub di Yokohama, Jepang."Di baru 23 tahun dan masih sangat muda dan banyak hal yang masih bisa ia perbaiki untuk menjadi seorang legenda," lanjut Fergie. "Dalam beberapa tahun lagi, ketika dia berumur 28 atau 29, saya kira dia akan menjawab pertanyaan Anda." Atas pencapaian CR7 di sepak bola, Fergie tak ragu bahwa pemainnya itu memiliki kriteria yang sama dengan Pele atau Maradona sebagai legenda. Memang, Fergie mengakui bahwa CR7 belum matang di timnas, namun hal itu bisa dimaklumi sebab tim Portugal pun tak sedahsyat Argentina ataupun Brasil. "Pele mencetak gol di semifinal Piala Dunia pada usia 17 tahun. Maradona bermain untuk negaranya saat 17 tahun. Cristiano pada 18 tahun. Semua tanda-tanda itu sama," tambahnya. "Apa yang tidak Anda lihat pada diri Ronaldo seperti terlihat pada Pele dan Maradona adalah karier mereka di tahun-tahun terakhirnya. Keduanya bermain di dua final Piala Dunia. Mungkin Portugal tidak menyamai Brasil dan Argentina di final, jadi Anda harus melihat Cristiano dengan cara berbeda." Prestasi terbaik Ronaldo bersama Portugal terjadi ketika menjadi juara keempat Piala Dunia 2006 atau satu peringkat di bawah prestasi terbaik tim saat menjadi juara ketiga tahun 1966. Dua tahun sebelumnya, CR7 juga ikut mengantar timnas ke final Piala Eropa hingga akhirnya ditekuk Yunani. Setelah itu, penampilan Portugal di kancah internasional selalu melempem. Di kancah klub, kegemilangan Ronaldo tak terbantahkan. Tiga tahun setelah pindah ke Old Trafford, raihan gol mantan pemain Sporting Lisbon itu naik tajam pada musim 2006/07, yakni 23 gol dalam 53 penampilan. Setahun kemudian, musim lalu, catatan itu diperbaikinya, yakni menjadi 42 gol dalam 49 pertandingan. Musim ini ia belum memperlihatkan kemampuan yang sesungguhnya, tapi Fergie memaklumi itu karena Ronaldo masih berjuang keras untuk sembuh total dari cedera engkel. (AP)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
DPR busuk
Taufiq Kemas, Seorang Politikus Busuk?
Desember 20, 2008 oleh Indonesianews
Endrawan Ch
Taufiq Kiemas suka Titip Absen
Usulan Ketua Fraksi PKB Effendi Choirie, agar keaktifan anggota dewan di DPR diumumkan menjadi topik hangat menjelang pemilu 2009. Sebelumnya, pada September 2008 lalu, Agus Condro mengkritisi BK DPR yang tidak pernah memberi sanksi pada Taufiq Kiemas (TK), padahal anggota DPR yang terdaftar di komisi I ini telah melanggar kode etik dewan yakni malas dan tidak pernah hadir secara fisik dalam rapat komisi maupun sidang paripurna.
Bahkan Agus Condro mengungkapkan bahwa Taufiq Kemas melakukan pelanggaran serius yaitu ‘hobi menitip absen”.“Mengapa tidak pernah dipanggil BK atau diberi sanksi begitu. Kalau alasannya sibuk, apa kesibukannya?””Kalau tanda tangannya ada di daftar hadir, itu tanda tangan siapa. Itu juga perlu dipertanyakan. Kok jadinya seolah-olah pelanggaran etika pucuk pimpinan partai bisa dimaklumi?” katanya Agus Condro. Agus Condro menuntut kepada BK lantaran hanya dia saja yang mendapat sanksi kode etik, padahal Taufiq Kiemas yang menjadi ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP tidak pernah ditegur. Wah….rupanya hierarki di Senayan mirip dengan hukum rimba. Kebobrokan petinggi partai tidak tersentuh oleh kode etik.
Taufiq Kiemas
Taufiq Kiemas “Kunjungi’ DPR karena Malu dikritik
Sebulan kemudian, 21 Oktober 2008, suami Megawati Soekarnoputri, Taufik Kiemas, akhirnya mengunjungi [sengaja dipilih kata mengunjungi] Senayan setelah sekian lama tidak menginjak kaki di Gedung Penyuara Aspirasi Rakyat. Kedatangannya yang dikawal 3 ajudannya tentu saja mendapat “big surprise”.
Dikritik dan diberitakan media massa karena kebiasaanya bolos sidang di DPR, selain risih, Taufiq Kiemas pun merasa malu.“Tumben nih pak, hadir di sidang?” tanya wartawan begitu TK keluar dari ruang sidang paripurna.“Malu juga saya dikritik adik-adik,” kata Taufiq sambil tersenyum ke arah wartawan yang mencegatnya.“Jadi bukan karena mau dilaporkan jarang hadir oleh Agus Condro ya Pak?” goda wartawan lagi.“Bukan, bukan karena dia. Kalau dikritik adik-adik saya mau datang,” ucap Taufiq.
Taufik Kiemas Tergolong Politisi Busuk
Menurut Pengamat Politik dan Dosen Fisipol UGM, Sigit Pamungkas, rendahnya tingkat kehadiran anggota DPR termasuk Taufiq Kiemas mengikuti rapat komisi atau rapat paripurna DPR merupakan cerminan politisi busuk. BK seharusnya bisa melakukan tindakan aktif menindak oknum anggota dewan tersebut.“Itu penyakit politisi busuk karena tidak menjalankan fungsi dasar lembaga legislatif. Nah sekarang mau berperan dalam kebijakan DPR bagaimana orang hadir saja tidak pernah,”
Kedisiplinan anggota merupakan sebuah cerminan bagaimana fraksi tersebut komitmen mengemban kepercayaan masyarakat. Anggota dewan yang jarang menghadiri rapat, termasuk Taufiq Kiemas maupun anggota lainnya harus malu jika hanya menikmati gaji bulanan tapi tanpa peran apapun. “Masak hanya menikmati saja tiap bulan tapi tidak pernah hadir,” ujar Sigit. Hah….hanya hadir untuk menerima gaji, dan mangkir dari tugas utama : menyuarakan aspirasi rakyat, membuat undang-undang, kreatif dan inovatif dalam budgeting, dan fungsi pengawasan.
DPR Suka Absen, harus Dipublikasikan
Di akhir tahun 2008 ini, wacana untuk mempublikasikan para anggota DPR yang sering mangkir dari tugasnya di Senayan muncul dan mendapat dukungan luas dari masyarakat. Begitu juga hampir semua fraksi di DPR RI setuju mengenai agenda tersebut. Mulai dari PKB, Golkar hingga Demokrat. Hanya ada satu partai politik yang menolak desakan ICW tersebut, meskipun partai-partai seperti PKB, PAN, Golkar juga memiliki anggota yang suka bolos ketika rapat paripurna.
Fraksi apakah itu?? Kita pasti langsung tahu. Tidak lain tidak bukan adalah fraksi tempat Taufik Kiemas bertahta, yakni PDI-P. Ketua Fraksi PDI-P Tjahjo Kumolo pun berkilah , “Biarkan itu urusan Badan Kehormatan (BK). Perlu diingat, anggota DPR bukan karyawan DPR. Kami adalah petugas partai, bukan karyawan DPR yang harus absen setiap hari. Ini kan lembaga politik,……Kecuali ada voting, atau pengajuan hak DPR, ya harus hadir,” kata Tjahjo (18 Desember).
Pernyataan politisi PDI-P ini terkesan melindungi “sifat malas” dari tokoh sentral partai yang berkepala banteng tersebut. Padahal dalam tata tertib DPR disebutkan, para anggota yang 3 kali mangkir dari rapat akan diberikan sanksi. Namun, selama ini tak pernah terdengar ada anggota yang mendapatkan sanksi atas ‘kemalasannya’. Menurut Tjahjo, tatib DPR jangan dimaknai terlalu kaku. Bagaimanapun, dalam pandangan dia, anggota DPR harus mengutamakan konstituennya. “Kadang-kadang, kami harus menemui konstituen yang jadwalnya berbenturan dengan rapat di DPR. Kan harus mengutamakan konstituen,” kata dia.
Anggota DPR harusnya Merakyat
Para politisi yang memberi alasan-alasan yang inrasional ini harusnya mau mengakui kebobrokan anggota fraksinya. Bagaimana negara Indonesia bisa maju, jika dalam rapat dan sidang sebagian anggota DPR tidak hadir. Dikemanakan gaji di atas 40 juta/bulan ini dipertanggungjawabkan?????Apa tujuan Anda menjadi anggota dewan, kalau tidak disiplin melaksanakan tugas sebagai dewan?Kewajiban pribadi saja tidak dilaksanakan (hadir dalam agenda DPR), bagaimana menyampaikan aspirasi rakyat?Menjijikkan dengan selalu beralasan bahwa jadwal rapat DPR berbenturan dengan acara di luar DPR. Kalau cuma sekali, masih dapat dimaklumi. Kalau ini sering? Dan titip absen lagi?? Dan yang lebih dashyat lagi….semua fraksi di DPR, memiliki track record partisipasi kehadiran anggotanya kurang dari 90%.Bagaimana menurut Anda?
0 komentar:
Posting Komentar